Cerpen Karya: Indra Tranggono
Perempuan itu membuka gorden jendela. Angin malam menyisir
rambutnya yang memerak dibakar usia, menerpa kerut-merut wajah yang dipahat
waktu. Bertiup dari perbukitan yang jauh, angin itu seperti pengembara abadi yang
setia mengunjunginya malam-malam begini. Itu memang kurang baik bagi dirinya
yang sering batuk-batuk. Tapi ia toh nekat. Ia percaya, sehelai syal yang
melilit di lehernya mampu melindunginya dari terpaan angin malam. Kemesraan
yang menyakiti? Ah, tidak juga. Bertahun-tahun ia menjadi sahabat angin, toh
aman-aman saja. Kalau sedikit batuk, itu tak lebih dari ongkos yang harus ia
bayar buat mengagumi ketegaran dan kesetiaan angin yang tetap saja bertiup,
entah sampai kapan. Hanya air yang selalu mengalir, pikirnya, yang mampu
menandingi kesetiaan angin. Juga ombak, yang tak pernah jera memukul-mukul
pantai dan karang. Betapa melelahkan. Tapi, cinta tak pernah mengenal lelah dan
sia-sia, pikirnya. ................Selengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar